26 Jan 2014

Djamad Selamat berkat Cita-cita Atita



Atita jatuh tersungkur. Mulanya lututnya saja yang tergerus aspal. Kemudian kurang dari seperempat detik, ban Megapro yang diduduki dua lelaki kekar pensiunan preman Tanabang melindas empat jari tangan kanannya. Sebelum sinyal rasa ngilu sampai ke otaknya, mata Atita menangkap sosok Djamad yang jatuh terduduk di sisi jalan. Atita melihat Djamad. Dan akhirnya Djamad melihatnya. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, pandangan mereka beradu. Atita melihat Djamad untuk terakhir kalinya.  Tapi tidak demikian bagi Djamad. Saat itu, justru untuk pertama dan terakhir kalinya, ia melihat Atita.

***

Ada berbagai jenis pencuri. Pencuri barang: itu adalah orang yang mencuri kendaraan bermotor, sandal jepit di mesjid, dompet, kancut, atau benda-benda konkret lainnya yang kasat mata dan bisa dipegang-pegang. Pencuri uang rakyat: itu berarti koruptor, yang sulit dijerat pidana-apalagi dipegang-pegang. Pencuri dengar: atau disebut juga tukang nguping, yang paling asik buat diajak nongkrong dan bergosip karena ikhlas membagi-bagi barang curiannya secara cuma-cumaPencuri suami (atau istri) orang, itu susah dan terlalu panjang untuk dijelaskan. Dan yang terakhir adalah, pencuri hatiyaitu yang membuat Atita kehilangan pekerjaan dan nyawanya sekaligus dalam hitungan kurang dari satu menit.


***

Siapa itu Atita? Yang jelas, semua sifat yang bermakna baik yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia ada di dirinya. Syarat mutlak sebagai perempuan cantik, cerdas, berbudi pekerti, populer, sehat, dan kaya harta digenapinya. Pokoknya sempurna. Ia mungkin satu-satunya orang yang membuat peribahasa tidak ada orang yang sempurna  itu jadi cuma isapan jempol belaka.


Berasal dari turunan keenam keluarga pemilik perusahaan rokok terbesar tanah air, Atita kaya raya cuma-cuma. Namun demikian tidaklah membuat Atita pongah dan malas. Atita tetap suka belajar dan bekerja. Jika kita berkesempatan menyambangi kediaman orang tuanya, maka kita akan terperangah melihat berbagai macam medali, piagam penghargaan, atau piala hasil sayembara atau kompetisi yang sudah digeluti Atita sejak ia duduk di taman kanak-kanak sampai lulus universitas.


Tidak heran, karirnya sebagai salah satu pengusaha pengembang properti berskala nasional sempat jadi ancaman bagi pria-pria yang mendekatinya dan bumerang bagi dirinya sendiri. Singkat cerita, Atita jadi susah jatuh cinta karena terlalu sering ditipu berbagai macam pria yang beritikad buruk padanya atau yang justru kelewat minderketika bersanding dengannya.


Atita memang kelewat sempurna. Hampir semua wanita, baik yang sebaya atau lebih tua, menaruh iri padanya. Sedangkan wanita muda diam-diam mengidolakan dirinya.


Segala macam pesta kelas atas ber-sponsor majalah lifestyle terkemuka ibukota tak pernah Atita lewatkan. Semua jenis kegiatan dari berbagai organisasi nirlaba yang berkonsentrasi pada urusan kemanusiaan sudah ia geluti. Semua tempat wisata yang cantik sudah ia sambangi. Mengencani berbagai pria dari lokal sampai bercitarasa internasional pada akhir pekan kerap ia lakukan.


Tapi herannya, Atita mati rasa dan merasa bosan. Sungguh bosan. Ia bosan sekali. Kebosanan yang membuatnya merasa sungguh menderita dan kadang membuat Atita berpikir, apa lebih baik mati saja?


Untungnya, itikad untuk mati selalu sukses ditepisnya perlahan. Atita masih belum rela mengakhiri hidupnya. Ia sadar ada satu hal yang harus ia lakukan. Satu hal yang mampu membuat rasanya hidup lagi dan hidupnya terasa kembali. Ya, Atita merasa: paling tidak ia harus jatuh cinta. Ia harus merasa jatuh cinta, sebelum ia mati.


***


Di suatu pagi, tepatnya hari Minggu pagi, Atita yang sedang jogging di taman komplek perumahannya yang elit itu tidak sengaja menabrak seorang kakek tua yang juga sedangjogging. Atita meminta maaf dan membantu  kakek tua itu berdiri. Kakek tua meski rambutnya putih, tapi masih terlihat bersemangat dan menunjukkan vitalitas yang prima. Bahkan otot pahanya pun masih kencang dan tawanya menggelegar.  Atita yang kagum pun akhirnya berkenalan dengan kakek tua, lalu bercengkrama sampai lima jam lamanya.


Percakapan mereka pun berakhir dengan jabatan tangan. Bukan jabatan tangan seperti dua orang berkenalan-apalagi yang lagi kasmaran- tapi jabatan tangan seorang pekerja yang baru saja menandatangani kontrak kerja dengan pemberi kerja. Ya, kakek itu menawari Atita pekerjaan baru.


Entah apa musababnya-mungkin karena Atita mengidap kebosanan akut- tawaran yang diberi kakek tua itu dengan mudahnya Atita terima. Atita berhenti dari pekerjaannya. Rekan kerja dan sanak famili menganggap Atita sudah gila. Dan memang, sungguh tidak masuk akal mengingat Atita adalah perempuan yang terkenal logis dan penuh perhitungan matang.


Sepuluh hari sejak Minggu pagi itu,  Atita menjadi seorang manusia pencabut nyawa. Ya, apa yang ditawarkan kakek tua itu tidak lain tidak bukan adalah pekerjaan yang sangat-sangat tidak lazim, menjadi seorang manusia pencabut nyawa. Meski demikian, tidak ada yang benar-benar tahu pekerjaan Atita yang aneh itu. Atita sengaja menutupinya rapat-rapat dari semua kerabat dekatnya. Karenanya wajar, semua menganggap Atita hilang akal. Tapi, Atita tidak peduli. Ia terlanjur merasa terlalu bosan.


Atita segera menikmati pekerjaan barunya. Gajinya pun  fantastis. Lima kali lipat gaji lamanya. Pantas saja sang kakek tua itu juga tinggal di komplek perumahan (yang elit) yang sama dengan Atita.


Dalam satu bulan Atita hanya diwajibkan mencabut satu nyawa-nyawa orang-orang yang bermukim di ‘area’nya saja (karena ternyata, area lain sudah ada yang menanganinya).


Atita juga dibekali fasilitas dan peralatan pencabut nyawa: 1. laptop dengan aplikasi khusus yang digunakan untuk memantau target (manusia yang nyawanya harus dicabut); 2. sopir pribadi dan asisten yang bertugas mengantarkan Atita menemui sang target, dan yang paling krusial adalah; 3. kaca mata lima dimensi yang biasa digunakan Atita untuk melihat dan menarik simpul-simpul nyawa transparan dari tubuh seorang target.


Tapi jangan samakan dengan membunuh, ya! Beda. Atita tidak menyebabkan kematian. Atita hanya mencabut nyawa. Target mati karena sebab-sebab tertentu. Sebab yang bukan disebabkan Atita.


***


Kemudian, sudah dua belas bulan Atita bekerja. Korban kecelakaan, korban bencana alam, pengidap sakit kronis sampai yang mati karena memang sudah tua pernah jadi target Atita.


Memang mengerikan kedengarannya. Tapi Atita yang memang berhati ‘dingin’ tidak pernah terlalu mengalami kesulitan berarti ketika melakukan pekerjaannya. Kakek tua pun selaku supervisor mewanti-wanti Atita untuk tetap berkepala dan berhati dingin. Tidak perlu belas kasih dan berkasih sayang- apalagi sampai jatuh cinta pada targetnya.


Tapi yang namanya es, pasti mencair. Bahkan es di kutub pun lama-kelamaan mencair karena pemanasan global.


Hati Atita yang sedingin es, tiba-tiba mulai mencair. Target ketiga belasnnya, yang bernama Djamad, membuat Atita jatuh cintaDan seperti yang sudah kita duga-duga,Atita tidak rela mencabut nyawa Djamad. Tentu saja karena Atita jatuh cinta teramat sangat pada Djamad. Hati Atita tercuri Djamad. Hati yang mulai mencair itu tercabut sampai akar-akarnya oleh Djamad.


Sebab-sebab jatuh cinta-nya Atita ini pun tidak begitu jelas. Mungkin karena dalam (kurang lebih) satu bulan Atita selalu memantau Djamad lewat fasilitas dan peralatan pencabut nyawa. Lewat laptop khusus yang entah-bagaimana-mekanismenya-itu Atita bisa memantau gerak-gerik target (dalam hal ini adalah Djamad). Ada seperti kamera pengintai yang mampu mengikuti kemanapun Djamad pergi. Keseharian Djamad, mulai dari bangun tidur, bekerja, bersantai, bertengkar, berdamai, sampai kembali tidur di malam harinya tidak pernah luput dari pantauan Atita. Bahkan ketika Djamad mandi, buang ‘hajat’ dan nonton blue film-pun Atita bisa melihatnya. Sungguh, sebagai manusia pencabut nyawa, Atita seolah-olah seperti malaikat. Ia mampu melihat Djamad dalam kondisi apapun.


Karena memang kadang cinta itu tak ada logika, buta dan tidak mengenal ruang dan waktu, maka tidak heran, kita sulit mengetahui apa yang menyebabkan Atita jatuh cinta. Pokoknya, marilah kita tarik kesimpulan, bahwa Atita  jatuh cinta dan akhirnyamengetahui rasanya hidup lagi dan hidupnya terasa kembali.



***


Manusia memang tidak pernah merasa puas. Begitu satu cita tergenapi, cita-cita lain bermunculan. Begitu cita-cita ‘merasa jatuh cinta’ Atita terlaksanakan, cita-cita lain seperti: bertatapan mata dengan Djamad, bergandengan tangan dengan Djamad, berjalan-jalan santai di taman bersama Djamad, bercanda dengan Djamad, bermanja-manjaan dengan Djamad, berciuman mesra dengan Djamad, bercinta berbagai gaya dengan Djamad dan berbagai hal yang berbau Djamad-djamad-an lainnya terlintas di benak Atita.


Kepala Atita diliputi banyak angan-angan. Atita pun hampir lupa pada kewajibannya sebagai manusia pencabut nyawa. Atita tidak ingin Djamad mati. Atita ingin bersama Djamad. Atita ingin menunaikan cita-cita barunya. Cita-citanya tentang Djamad, si pencuri hati.


Lalu tiba hari dimana seharusnya Djamad mati. Rupanya efek samping jatuh cinta overdosis membuat Atita hilang akal. Lalu komplikasi akibat hati yang tercuri menyebabkan otak gagal berfungsi. Seharusnya hari itu Djamad mati tertabrak truk dan seharusnya Atita mampu bekerja seperti biasa. Tapi sayangnya tidak.


Seperti salah satu adegan laga dalam sebuah sinetron prime time, Atita menyelamatkan Djamad dari maut. Kejadiannya tepat di sebuah  jalur utama  lintas dalam dan luar kota. Atita yang khilaf dan cekatan menyelamatkan Djamad yang saat itu sedang gegabah menyebrang dan tidak begitu awas terhadap kondisi dan suasana jalan.


Saat menyebrang, Djamad nyaris terserempet sebuah mobil patroli polisi, meski berhasil menghindar, tubuhnya kehilangan keseimbangan. Muncul dari arah berlawanan, sebuah Kijang Super 95 melaju dengan kecepatan tinggi. Atita menyadarinya, dan dengan kecepatan kilat mendorong Djamad ke bahu jalan. Kijang Super 95 tidak jadi menabrak Djamad, tapi Atita jatuh tersungkur.


***


Atita melihat Djamad untuk terakhir kalinya. Tapi tidak demikian bagi Djamad. Saat itu, justru untuk pertama dan terakhir kalinya, ia melihat Atita.

Seorang pengendara truk bermuatan gas elpiji yang belum sempat menginjak pedal rem meluncur ke arah Atita. Djamad melihat semuanya tanpa sempat sekalipun berkedip. 

Atita meregang nyawa. Semua gara-gara perihal hati yang tercuri. Tapi setidaknya, salah satu cita-cita Atita tergenapi: bertatapan mata dengan Djamad-si pencuri hati- sebelum mati. 





 Bogor, 16 September 2013


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar